Alkisah di sebelah utara Sungai Gangga
berdiri sebuah Kerajaan Kosala, dengan ibukotanya Ayodhya.
Bertindak sebagai raja adalah Prabu Dasarata yang
memiliki tiga permaisuri, yaitu: Kosalya, Kekayi, dan Sumitra.
Istana dipenuhi orang-orang bijak serta luhur
perbuatannya. Prabu Dasarata sendiri memang cakap karena ia mahir akan segala
ilmu filsafat agama. Tak mengherankan di tangan Prabu Dasarata, Kerajaan Kosala
mengalami kejayaan dan disegani oleh kerajaan-kerajaan lain di seluruh dunia.
Namun dia bersedih karena tidak kunjung diberikan
keturunan. Karena itulah ia menyelenggarakan ritual agar segera dikarunia anak.
Semua perlengkapan upacara sudah disediakan untuk mengundang para Dewa. Sang
Maha Pendeta membacakan mantra untuk menghadirkan Bhatara Siwa dalam bentuk api
suci
Sesaji yang dipersembahkan dalam ritual tersebut,
dalam bentuk santapan yang nikmat rasa serta baunya. Setelah ritual selesai,
sesaji diserahkan Maha Pendeta pada para permaisuri raja untuk disantap. Tak
lama berselang, para permaisuri kesayangan Prabu Dasarata melahirkan putera.
Dari permaisuri Dewi Kosalya lahirlah putra sulung,
Sang Rama, yang konon merupakan penjelmaan Dewa Wisnu. Dari Dewi Kekayi lahir
Bharata yang terkenal sakti mandraguna, sedangkan Dewi Sumitra melahirkan dua
orang putra bernama Lakshmana dan Satrugna.
Empat putra raja itu diberi pelajaran panah memanah
oleh Bagawan Wasista dalam waktu tidak lama. Akhirnya mereka semuanya menjadi
pintar dan cekatan tentang ilmu memanah.
Pada suatu hari, Resi Wiswamitra meminta
bantuan Sang Rama untuk
melindungi pertapaan di tengah hutan dari gangguan para raksasa.
Setelah berunding dengan Prabu Dasarata,
Resi Wiswamitra dan Sang Rama berangkat ke tengah hutan diiringi adik lain ibu,
Lakshmana. Selama perjalanannya, Sang Rama dan Lakshmana diberi
ilmu kerohanian dari Resi Wiswamitra.
Di lingkungan pertapaan Rama dan Lakshmana tak
henti-hentinya membunuh para raksasa yang mengganggu upacara para Resi. Ketika
mereka melewati Mithila, Sang Rama mengikuti sayembara yang diadakan Prabu Janaka. Ia
berhasil memenangkan sayembara dan berhak meminang Dewi Sinta, puteri Prabu
Janaka. Dengan membawa Dewi Sinta, Rama dan Lakshmana kembali pulang ke Ayodhya.
Prabu Dasarata yang
sudah tua, ingin menyerahkan tahta kepada Rama. Atas permohonan
Dewi Kekayi,
Sang Prabu dengan berat hati menyerahkan tahta kepada Bharata.
Sedangkan Rama dipaksa meninggalkan kerajaan selama 14 tahun.
Walau ibunya dengki pada Rama, tapi Bharata sangat
baik hati. Ia justru menginginkan Rama sebagai penerus tahta, namun Rama
menolak dan menginginkan hidup di hutan bersama istrinya dan Lakshmana.
Akhirnya Bharata memerintah Kerajaan
Kosala atas nama Sang Rama.
Dalam masa pengasingannya di hutan, Rama dan Lakshmana bertemu
dengan berbagai raksasa, termasuk raksasa wanita Surpanaka
yang ingin menikahi Rama dan Lakshmana. Namun keduanya menolak sehingga
terjadilah pertempuran. Hidung Surpanaka terluka oleh pedang Lakshmana.
Surpanaka mengadu kepada saudaranya Rahwana bahwa
ia dianiyaya. Rahwana menjadi marah dan berniat membalas dendam. Ia menuju ke
tempat Rama dan Lakshmana. Melihat kecantikan Sinta, Rahwana tergiur untuk
menjadikannya istri.
Rahwana kemudian merencanakan suatu tipu muslihat
untuk menculik Sinta. Ia memerintahkan raksasa Marica mengubah diri
menjadi kijang keemasan dan melintas di depan Rama dan Sinta. Melihat
kijang rupawan itu, Sinta meminta Rama menangkapnya dan memberikannya
kepadanya.
Namun karena tak kunjung kembali, Lakshama yang
menunggu Sinta berniat mencari Rama. Untuk melindungi Sinta, sebelum pergi
Lakshama membuat lingkaran dimana Shinta tak boleh mengeluarkan anggota badan
sedikitpun dari lingkaran itu.
Benar juga Rahwana tak berhasil menculik Sinta karena
terhalang oleh lingkaran itu. Tapi Rahwana tak kehilangan akal. Ia
menyamar sebagai brahmana yang mencari sedekah. Melihat brahmana
menghampirinya, Sinta mengulurkan tangan keluar dari lingkaran untuk memberikan
sedekah. Padaha saat itulah Rahwana berhasil mengeluarkan Sinta dari lingkaran
dan membawanya ke Alengka.
Burung Jatayu yang berusaha menghalangi,
tewas oleh senjata Rahwana. Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir,
Jatayu masih sempat mengabarkan nasib Sinta kepada Rama dan Laksmana. Kebetulan
saat itu mereka berhasil membunuh Marica yang mengelabuhi mereka dengan menjadi
kijang jadi-jadian. Tapi ketika mereka sampai di lokasi Sinta sudah tak ada.
Dalam mencari Sinta, Rama dan Laksamana berjumpa Raja
Kera bernama Sugriwa dan Hanuman. Mereka mengikat
persahabatan dalam suka dan duka. Dengan bantuan Rama, Sugriwa dapat merebut
kembali Kerajaan Kiskenda dari kakaknya yang lalim, Subali.
Sebagai balas jasa Sugriwa membantu Rama untuk mendapatkan kembali Shinta
dengan bantuan Hanuman dan pasukan keranya. Mereka juga didukung pasukan yang
dipimpin Anggada, anak Subali.
Untuk mencapai Kerajaan Alengka yang dipimpin Rahwana,
Sugriwa membangun jembatan Situbanda. Dengan
adanya jembatan itu, tentara Sugriwa yang dibantu Hanuman
dengan ribuan pasukan keranya (wanara), dapat
menyeberangi Alengka.
Terjadilah pertempuran hebat antara Pasukan kera
Sugriwa dan pasukan raksasa Rahwana. Saat pertempuran tengah berlangsung, Hanuman berhasil
menyusup ke istana dimana Dewi Sinta ditawan. Meski sempat tertangkap, ia
berhasil meloloskan diri dan kemudian membakar ibukota Alengka.
Rahwana yang tahu kerajaannya diserbu, mengutus para
sekutunya termasuk puteranya –Indrajit – untuk menggempur Rama. Nasihat Wibisana (adiknya)
diabaikan dan ia malah diusir. Akhirnya Wibisana memihak Rama. Walau memiliki
senjata sakti nagapasa, Indrajit gugur di tangan Lakshmana.
Setelah sekutu dan para patihnya gugur satu persatu,
Rahwana tampil ke muka dan bertarung dengan Rama. Dengan senjata panah Brahmāstra yang
sakti, Rama berhasil menewaskan Rahwana. Setelah Rawana gugur, tahta Kerajaan
Alengka diserahkan kepada Wibisana.
Rama, Sinta, dan Lakshmana pulang ke Ayodhya dengan
selamat. Ketika sampai di Ayodhya, Bharata menyambut
mereka dengan takzim dan menyerahkan tahta kepada Rama. Hanuman menyerahkan
dirinya bulat-bulat untuk mengabdi kepada Rama.
Yang menjadi masalah, rakyat meragukan kesucian Sinta
selama diculik Rahwana. Rama membelanya habis-habisan. Tapi Sinta tak ingin
terus-terusan menjadi tertuduh. Ia pun melakukan upacara bakar diri untuk
membuktikan kesuciannya. Atas pertolongan Dewa Api, Dewi Sinta tak luka
sedikitpun oleh api. Rakyat Ayodhya akhirnya tak meragukan lagi kesucian Dewi
Sinta dan menerimanya sebagai Permaisuri Rama.
Kemudian Dewi Sita tinggal di
pertapaan Rsi Walmiki dan melahirkan Kusa dan Lawa. Mereka kemudian
kembali ke istana Sang Rama pada saat upacara Aswamedha. Pada saat
itulah mereka menyanyikan Ramayana yang digubah oleh Rsi Walmiki.
>ceritapopuler.com/2014/08/ramayana-kisah-cinta-rama-dan-sinta.html<
Do you realize there is a 12 word sentence you can speak to your man... that will trigger intense feelings of love and impulsive appeal to you buried within his chest?
BalasHapusThat's because hidden in these 12 words is a "secret signal" that triggers a man's impulse to love, look after and protect you with all his heart...
=====> 12 Words Will Fuel A Man's Love Instinct
This impulse is so hardwired into a man's brain that it will make him try better than before to do his best at looking after your relationship.
Matter-of-fact, triggering this mighty impulse is so essential to achieving the best ever relationship with your man that the instance you send your man a "Secret Signal"...
...You will immediately notice him open his mind and heart to you in a way he's never expressed before and he'll perceive you as the one and only woman in the galaxy who has ever truly tempted him.